Pages

Rabu, 24 Juli 2013

Ramadhan dan Jogja

Ramadhan tiba... Ramadhan tiba.. Marhaban yaa RamadhanOpick, Ramadhan Tiba

Subhanallah, Ramadhan tiba! Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan bertemu bulan penuh berkah kembali tahun ini. Tak terasa kita sudah sampai di pertengahan bulan Ramadhan.

Aku di sini tidak akan bertutur panjang lebar tentang apa pengertian Ramadhan, keutamaannya dan amalan-amalannya karena ada banyak orang yang lebih tahu dan menguasai ilmu tersebut. Aku sendiri masih belajar tentang segala hal termasuk yang kusebutkan di atas.

Bulan Ramadhan. Makna bulan Ramadhan secara awam yaitu bulan puasa di mana kita tidak diperbolehkan makan dan minum, lebih tepatnya menahan nafsu. Bulan ini adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga satu bulan kemudian kita dapat menjadi insan yang  suci. InsyaAllah Amin.

Berbicara tentang Ramadhan tahun ini, yang jatuh pada bulan Juli, ada yang berbeda dalam kehidupanku. Perbedaan utama yaitu lokasi tempat aku berpuasa. Tahun-tahun sebelumnya, aku berpuasa di Kotabaru, Kalimantan Selatan dan sekarang di Yogyakarta. Tidak kontras perbedaan yang terjadi karena keluargakupun biasa mudik untuk berlebaran di sini sehingga turut merasakan beberapa hari berpuasa di sini. Namun, Ramadhan kali ini memang full satu bulan berpuasa di Yogyakarta untuk ibu, adik dan aku. 

Walaupun tidak kontras, apa perbedaannya?
Suatu ketika, adikku dan aku berniat untuk mencari takjil di pinggir-pinggir jalan. Kamipun berangkat dan berpikiran bahwa akan bingung memilih makanan-makanan manis yang disediakan di sana. Akhirnya, dalam waktu sekitar 30 menit, kami kembali pulang hanya dengan membawa tiga gelas es buah. Misi kami gagal. Kami tidak mendapatkan makanan manis seperti bingka (kue khas suku Banjar) atau wadai manis yang biasanya dijual di Kotabaru saat bulan Ramadhan. 

Bedug berbunyi. Saatnya kami berbuka puasa. Es buah yang telah dibeli telah mendapatkan gilirannya untuk dinikmati. Ssrruup! Gelo alias kecewa. Rasa es buah ini tak seperti dugaan. Tak ada rasa manis terkecap di papila lidah. Menurut observasi kami, minuman ini adalah air yang diberi potongan buah dan diduga hanya diberi gula sedikit sekali. Hambar! Fuuh -__-
Ya sudahlah, yang penting makanan pokoknya enak. Ayam goreng. 

Selesai makan, kami berangkat untuk tarawih. Kami tarawih dengan khusyuk sebagaimana mestinya. Namun, ada suatu hal yang tidak bisa kami lakukan sehingga sedikit mengganggu kenyamanan kami. Kami tidak bisa mengaktifkan subtitle Pak Ustadz yang sedang ceramah. Beliau menggunakan bahasa Jawa Madya (dibaca: madyo) secara keseluruhan sedangkan kami hanya mengerti sedikit bahasa tersebut. Yang kami ketahui dalam bahasa Jawa Madya hanyalah yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari sedangkan dalam suatu ceramah, seluruhnya menggunakan bahasa tersebut. 

Permasalahan yang muncul adalah bahasa Jawa Madya saja kami belum lulus apalagi Jawa Inggil yang tingkat kehalusan alias kesopanannya lebih tinggi. Hmm, kulo mboten ngertos blas!

Walaupun terdapat perbedaan dalam Ramadhan tahun ini, aku tetap menikmati. Toh yang dicari bukan melulu takjil 'kan? Untuk masalah bahasa, aku yakin aku bisa beradaptasi. Bukankah pepatah mengatakan "Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung"? 
Lagipula, setelah masuk bulan Agustus atau September, perbedaan yang lain akan tiba. Aku akan berdua saja bersama adikku di Jogja. Apa yang akan terjadi? Kita lihat saja nanti. :)



"Selamat menunaikan ibadah puasa yaa :) "