Satu bulan
yang lalu, tepat pada tanggal 21 Agustus adalah suatu momen spesial bagiku.
Seperti kebanyakan orang yang baru menginjak tahun ke 17 dalam menghirup udara di bumi, aku juga
merasakannya. Angka 17 tersebut memang terasa berbeda sehingga menjadi momen
spesial. Karena dianggap special bagi sebagian orang
(termasuk aku), tidak sedikit yang merayakan momen ini dengan teman-teman
ataupun sanak saudara. Apakah kamu termasuk bagian ini saat bertemu 17-mu?
Merayakan
momen 17 tahun alias sweet seventeen ini bukanlah suatu keharusan ataupun adat
yang wajib dilaksanakan. Walaupun aku menganggap momen ini special, namun aku
tidak termasuk golongan yang merayakannya. That’s
no matter to celebrate or not, I think.
Sweet seventeen kendatinya
adalah suatu titik permulaan di mana kita telah dipercaya menjadi seseorang
yang benar-benar menuju dewasa secara de facto. Memasuki tahap dewasa berarti
mulai meninggalkan masa anak-anak. Dewasa juga berarti telah mengerti hal-hal
yang benar dan dapat dilakukan serta hal-hal yang salah, yang dilarang untuk
dilakukan sehingga harus bisa bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Berbagai
bentuk cerita terjadi ketika seseorang menyambut momen ini. Ada yang biasa
sampai luar biasa. Aku mengategorikan diriku mendapat cerita di antara sedang
dan luar biasa.
Saat itu, 20
Agustus 2012, keluaraga kami sedang berada di Yogyakarta tepatnya di
Imogiri. Kami memiliki jadwal ke kota
bersama keluarga besar pagi itu. Tidak
ada yang aneh sampai kami memutuskan kembali pulang ke Imogiri. Selesai makan siang di
suatu rumah makan, kami yang terbagi dalam dua mobil antara keluarga Pak Lik
(paman, red) dan keluargaku berpisah alias beda arah. Kami berencana
mengunjungi rumah kerabat lama orang tua untuk silaturrahim sedangkan keluarga
Pak Lik memilih untuk pulang.
Malam tiba,
ketika kami sampai di rumah, tiba-tiba
Bu Lik (bibi, red) , menyuruh aku dan adik melewati pintu samping dengan alasan ada tamu di ruang utama supaya kami tidak mengganggu. Tiba-tiba lampu mati
mendadak. (Sebenarnya, kalau mau iseng, aku bisa saja tetap menerobos di pintu
utama hehe). Dengan mata penuh selidik mencari kebenaran (?), aku dan adik
masuk. Terlihat bayangan dua lilin kecil menyala dari belakang tirai. Muncullah
mereka satu persatu sambil menyanyikan
lagu Selamat Ulang Tahun dan membawa kue tart. :')
It was nice little surprised from my big family! I don’t know who
has the idea. My cousin said this is an idea from my beloved brother but he
doesn’t said so. Anyway, thanks for my brother, Wili; my cousins: Adi, Ayu,
Win; my uncles: Pakde Tejo and Lik Kadi; my aunty, Lik Mi; and my grandparents:
Mbah Warto; also for Om Wiwis, the great driver of Pak Lik’s family. About my parents, they also surprised about
it.
Selain kejutan
kecil yang indah itu, aku juga mendapat ucapan dan doa dari keluarga dan
teman-teman yang inti dari semuanya semoga aku menjadi insan yang lebih baik
lagi (Amin). Aku juga menerima beberapa kado dari teman-teman saat masuk
sekolah. How glad I am. Thanks all!
:D
17-ku. Suatu
hal yang termasuk ditunggu ketika sudah mendapatkan 17-ku adalah aku
sudah bisa memiliki Surat Izin Mengemudi. Ya, SIM! Adanya SIM yang bertengger
manis dalam dompetku membuatku lebih tenang saat keluar rumah. Itu artinya
tidak perlu lagi kucing-kucingan dengan polisi ketika ada razia. :D
17 tahun
sebenarnya hanyalah sebuah simbol. Implementasinya ada pada diri kita
masing-masing, apakah kita mampu menjadi seorang yang sudah dianggap siap untuk
menjadi dewasa?
17 means be wiser to walk on future!
blogwalking. salam kenal
BalasHapusIya, salam kenal :)
Hapus